A. Fenomena Supervisi
B. Pengertian Coaching
Salah satu tupoksi kepala sekolah adalah melakukan supervisi kepada guru-guru di sekolah. Supervisi dijadikan salah satu cara yang ampuh untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh guru baik dalam penyusunan administrasi maupun proses pembelajaran. Dengan melakukan supervisi, kepala sekolah mengetahui sejauh mana guru mampu membuat administrasi pembelajaran, merencanakan pembelajaran sampai tahap menerapkan pembelajaran di kelas.
Hal yang masih terjadi di lapangan yaitu guru merasa bahwa supervisi adalah sesuatu hal yang menakutkan. Mereka seakan diinterogasi dengan suasana yang mencekam sehingga hal ini akan berdampak pada psikologis guru-guru. Selain itu, realita yang terjadi di lapangan yaitu kepala sekolah enggan melaksanakan supervisi karena merasa kasihan kepada guru-guru di sekolahnya. Kepala sekolah merasa beban guru terlalu banyak sehingga jika dilaksanakan supervisi akan mengganggu jam pembelajaran guru tersebut. Bahkan masih banyak kiranya supervisi yang dilaksanakan hanya sekedar saja agar memperoleh dokumentasi semata. Mindset inilah perlahan yang harus kita rubah sejak dini.
Anggapan bahwa supervisi itu menambah beban guru tidaklah benar. Malah sebaliknya supervisi merupakan ajang saling sharing dan saling memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh guru. Dengan adanya supervisi guru akan menemukan solusi dari permasalahannya tersebut. Guru jadi tahu mana yang benar dan perlu diperbaiki. Hal inilah yang mulai harus kita tumbuhkan sejak dini dan membuang jauh-jauh anggapan negatif dari kegiatan supervisi.
Sudah seharusnya, kepala sekolah sebagai supervisor tidak lagi memberikan judgment kepada guru yang dirasa kurang baik dalam adminitrasi maupun dalam pelaksanaan pembelajaran. Karena judgment ini tidak akan menyelesaikan suatu permasalahan, malah sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Masalah yang dimaksud di sini adalah guru tentu akan merasa tertekan dan merasa ketakutan sehingga pelaksanaan supervisi menjadi ajang yang menakutkan bukan hal yang menyenangkan.
International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai suatu bentuk kemitraan antara seorang pendamping (coach) bersama dengan klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses menstimulasi, mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif. Berdasarkan pengertian coaching tersebut, ada 3 kata kunci yang dapat diambil yaitu kemitraan (partnership), memberdayakan (empowering) dan optimalisasi. Kata-kata kunci inilah yang harus kita terapkan di dalam melaksanakan supervisi.
Coaching memiliki peran yang sangat penting karena dapat menggali potensi seseorang (coachee) melalui serangkaian pertanyaan yang dilontarkan oleh coach. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang nantinya secara tidak langsung dapat memunculkan potensi terpendam yang dimiliki oleh coachee. Jika coaching ini dapat terlaksana dengan baik, maka segala permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan cara yang menyenangkan bukan lagi dengan cara emosi.
Coaching memiliki perbedaan dari beberapa penerapan bimbingan seperti mentoring dan konseling. Perbedaannya terlihat pada penerapan seperti pada mentoring yang identik pada pelaksanaan dengan tujuan yang berbeda yakni membagikan pengalamannya untuk membantu mentee. Sedangkan dalam konseling, seorang ahli (konselor) membantu langsung konseli. Sementara coaching tidakah membantu secara langsung akan tetapi mengarahkan coachee untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan memaksimalkan potensinya.
C. Supervisi dengan Teknik Coaching
Kegiatan supervisi yang selama ini terjadi di lapangan seolah-olah memberi kesan yang negatif bagi kalangan pendidik dan tenaga kependidikan. Padahal ada manfaat luar biasa yang bisa kita ambil dari kegiatan supervisi ini. Melihat fenomena ini, kami SDN Delod Berawah mencoba untuk merubah mindset supervisi yang menyeramkan tersebut menjadi sesuatu hal yang menyenangkan dan memberikan dampak positif bagi coachee. Selain itu kami juga betekad perlahan menumbuhkan pentingnya kegiatan supervisi ini bagi kepala sekolah.
Kepala sekolah tidak perlu takut lagi untuk melakukan supervisi, sepanjang kegiatan tersebut mampu menggali potensi dan memberdayakan guru-guru di sekolah. Salah satu yang dapat kami lakukan untuk merubah mindset negatif mengenai Supervisi yaitu dengan melaksanakan supervisi berbasis coaching.
Gambar di atas adalah kegiatan supervisi yang kami lakukan di SDN Delod Berawah. Selain menggunakan teknik coaching, kami mencoba untuk melaksanakan supervisi di ruang terbuka yaitu di Taman Baca Ecobrick. Taman Baca ini awalnya kami buat untuk menambah ruang literasi di sekolah untuk meningkatkan motivasi siswa dalam membaca. Namun sekarang, tempat ini kami jadikan salah satu tempat untuk melaksanakan supervisi.
Selain di Taman Baca Ecobrick, kami juga terkadang melaksanakan supervisi di halaman sekolah sesuai gambar di atas. Kami ingin menghadirkan suasana yang santai tapi tidak mengurangi makna dari supervisi tersebut. Pada gambar 02. ini kami melaksanakan supervisi di depan kebun yang didesain dengan memanfaatkan barang bekas. Jadi harapan kami guru yang disupervisi merasa nyaman dan jauh dari kata tertekan. Guru akan lebih leluasa untuk mengungkapkan segala permasalahan yang dialaminya dalam proses pembelajaran.
Penulis: I Made Yudi Candra Negara, S.Pd.
Post a Comment for "MERUBAH MINDSET SUPERVISI DENGAN TEKNIK COACHING"