Salam dan Bahagia, Bapak dan Ibu guru hebat. Pernahkan Bapak dan Ibu mengalami peristiwa di mana siswa kurang mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran? Siswa belum mampu menganalisis penyebab kesulitan belajarnya sehingga belum mampu menemukan solusi belajar yang efektif bagi dirinya sendiri? Wah, padahal kita sebagai guru telah berupaya dengan berbagai macam metode ataupun media yang inovatif, ya? Namun, kerap siswa justru kurang mampu mengambil keputusan terutama dalam pemecahan masalah pembelajaran yang dihadapinya.
Pernahkan kita sebagai guru memikirkan, mengapa hal tersebut terjadi? Sudahkah kita menjadi guru yang terampil dalam memecahkan masalah kita, yakni siswa yang belum bisa memecahkan masalah? Hehe…
Sesungguhnya, hal tersebutlah yang saya alami dalam pembelajaran di kelas saya, yakni kelas 4 SD Negeri 6 Pendem. Sejak awal tahun ajaran ini, saya sudah mengamati dan merefleksikan hal tersebut. Hal tersebut ternyata adalah sebuah indikasi bahwa siswa saya belum terbiasa berpikir kritis. Tentu saja, mengajak siswa untuk dapat berpikir kritis bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi apabila kita menarasikan berpikir kritis itu secara langsung. Tentu akan sangat abstrak di kalangan siswa kelas 4. Kabar gembiranya, semua itu bukanlah hal yang mustahil. Kita dapat menjadi fasilitatornya. Mereka sendiri yang akan berpikir kritis. Bagaimana caranya?
Saya menerapkan pembelajaran metakognitif. Apa? Ya, metakognitif. Aneh, ya? Tidak. Pembelajaran metakognitif sangat kontekstual dan fleksibel. Pembelajaran metakognitif menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang bertanggung jawab atas proses pemahamannya sendiri. Pembelajaran metakognitif merupakan proses di mana siswa belajar memahami bagaimana mereka belajar. Ini termasuk kesadaran tentang strategi belajar mana yang paling efektif, cara memantau pemahaman mereka, dan cara mengatur proses belajar mereka.
Pembelajaran metakognitif dapat diimplementasikan melalui berbagai strategi pembelajaran, seperti menyediakan pertanyaan reflektif, mendorong siswa untuk merencanakan cara mempelajari suatu topik, dan memberikan umpan balik yang membantu siswa membuat koneksi antara materi pelajaran. Metakognisi yang kuat berkontribusi pada kemampuan siswa untuk mengakses pengetahuan mereka sendiri, memantau pemahaman mereka, dan merancang cara terbaik untuk belajar. Hal ini membantu mereka menjadi pembelajar yang lebih mandiri dan efektif (Sumber: https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/metakognitif/).
Implementasi di kelas saya mengembangkan metode 345. Metode 345 adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang melibatkan tiga langkah utama yakni, 3 (pelacakan), 4 (penskoran), dan 5 (pemahaman mendalam). Setiap langkah ini berfungsi untuk memperkuat pemahaman siswa dan mengukur tingkat pembelajaran mereka. Metode ini dapat diimplementasikan melalui pembelajaran reflektif, penilaian formatif-sumatif, dan pembinaan atau komunikasi. Hal ini memungkinkan guru untuk memantau perkembangan siswa, memberikan umpan balik yang berguna, dan mengevaluasi pemahaman siswa secara komprehensif. Metode 345 membantu dalam pengembangan kemampuan metakognitif siswa, memantau kemajuan mereka, serta memberikan dasar yang kuat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka dengan lebih efektif.
Implementasi Metode 345 dalam Pembelajaran Metakognitif
1) Langkah 3 (Pelacakan)Langkah ini merupakan langkah awal atau pintu gerbang menuju metakognitif. Siswa terlibat dalam diskusi untuk menguji pemahaman awal konsep yang akan diajarkan. Diskusi dirancang untuk memicu refleksi pada siswa. Siswa menjelaskan 3 hal terkait pemahaman awalnya tentang materi yang akan dipelajari. Diskusi dapat dirangsang dengan pemberian pertanyaan pemantik.
Meskipun bernama penskoran, tahap ini sebenarnya bukanlah ujian atau evaluasi yang harus ditakuti siswa. Guru mengemas kegiatan ini sebagai kegiatan yang aman di mana siswa tidak akan diberi label. Sampaikan kepada siswa bahwa kegiatan ini aman dari penilaian. Kegiatan ini bertujuan mengetahui apa saja yang sudah dicapai dan apa yang masih bisa diperbaiki. Pada langkah ini, guru dapat memantau perkembangan siswa, mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi siswa, dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan. Siswa menjelaskan 4 hal baru (terkait konsep ataupun refleksi) yang diperoleh selama pembelajaran.
Sudah hampir 20 tahun berlalu Ketika saya dikritik salah satu dosen pembimbing PPL Real ketika saya menjalani kuliah D2 PGSD. Pasalnya, dalam RPP saya ketika itu, selalu mencantumkan kata, “Siswa menjelaskan…”. Hal tersebut mungkin aneh dalam pandangan dosen saya ketika itu. Namun di kepala saya selalu tergambar sebuah visualisasi bahwa setiap kali saya mengajar, siswa saya haruslah mendapatkan kesempatan menjelaskan dan saya harus mendengarkannya. Sekarang saya mewujudkan visi masa depan itu. Saya mengembangkan langkah ketiga ini agar saya dapat mendengarkan siswa saya dari hati, mereka yang menjelaskan sesuatu.
Ya, langkah terakhir dari metode 345 adalah inti dari metakognitif. Langkah ini memastikan pemahaman yang kuat dalam diri para siswa. Memastikan siswa telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diinginkan dari pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk menggunakan layanan ngobrol (one to one) 5 menit pengembangan diri dan pembelajaran.
Siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka agar terpacu proses berpikir kritis dan kreatifnya. Guru mendengarkan aktif dengan cara menyimak baik yang dikatakan maupun bahasa tubuh yang ditunjukkan siswa. Guru membimbing dan memfasilitasi proses refleksi guna memastikan pemahaman mendalam tentang cara belajar yang efektif bagi diri setiap siswa.
Manfaat Metode 345 dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
1) Pembelajaran AktifPenerapan metode 345 memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam proses belajar, sehingga meningkatkan pemahaman dan kemampuan berpikir kritis mereka.
Siswa menjadi lebih mandiri dalam melihat masalah, mencari solusi, dan mengambil keputusan setelah mengikuti pembelajaran ini.
Metode 345 melatih siswa untuk memiliki kemampuan analitis yang lebih tajam, sehingga lebih siap dalam menghadapi berbagai situasi atau permasalahan.
Kelemahan Metode 345 dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
1) Tidak semua siswaTidak semua siswa mau menerapkan layanan ngobrol 5 menit yang disediakan guru. Perlu adanya penumbuhan motivasi secara konsisten dan berkesinambungan dan proses yang lebih lama untuk membangun kemandirian siswa.
Diskusi mendalam untuk melatih siswa menyatakan argumen disertai bukti dan mempertahankannya, memerlukan waktu yang lebih lama, termasuk untuk meluruskan pemahaman yang keliru.
Siswa belum terbiasa belajar secara mandiri di rumah, bahkan ada beberapa siswa yang masih belum mengalokasikan waktu tersendiri untuk belajar di rumah.
Kesimpulan dan Rekomendasi
1) Penerapan Metode 345Mengimplementasikan metode 345 agar memperoleh hasil secara maksimal dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk mengetahui dampak penerapan metode 345. Diperlukan jurnal murid sebagai bentuk dokumentasi perkembangan kognitif yang berkelanjutan. Diperlukan pula jurnal pemikiran murid sebagai monitor metode pembelajaran yang paling efektif bagi diri siswa.
Sekian pemaparan tentang pembelajaran metakognitif metode 345, semoga bermanfaat. Salam dan Bahagia.
Penulis: Ni Putu Trisna Sulistyan (Guru Penggerak Angkatan 6 dari SDN 6 Pendem)
Metode yang sangat menarik untuk diterapkan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik
ReplyDelete